Warning

Artikel yang ada untuk menambah wawasan kita secara umum, sengaja saya tampilkan beberapa artikel yang tidak ada kaitannya dengan Paguyuban Keluarga Besar Slaranglor, hanya sebagai pengetahuan, baik buat anggota maupun siapa saja yang membuka blog ini semoga bermanfaat

Rabu, 29 Juni 2011

islam itu lembut

 
Pesona Kelembutan Islam
Ditulis oleh Ustadz Abdullah Hakamsyah, Lc.   
Di antara akhlak Nabi Saw. yang paling menonjol, beliau adalah pribadi yang lemah-lembut. Kesaksian semua orang yang pernah semasa dengan beliau, menggambarkan bahwa beliau tidak pernah berkata kasar, tidak pernah mengumpat, dan tidak pernah berlaku bengis. Bahkan, beliau Saw. tidak pernah marah, kecuali terhadap perbuatan yang melanggar kehormatan agama. 
            Dalam ungkapan yang singkat, Dr. Yusuf al-Qardhawi mengatakan, “Barangsiapa membaca sunnah Rasul Saw., baik dalam perkataan maupun perbuatan, maka akan menemukan pancaran kelemahlembutan dalam berdakwah dan interaksi sehari-hari.”   
            Ada beberapa hikmah yang bisa kita peroleh dari perangai lemah-lembut, seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. Yaitu di antaranya: Pertama, kelemahlembutan bisa membuat kita menjadi pribadi yang indah. Secara garis besar, Allah Swt. mengkaruniakan dua keindahan kepada manusia: keindahan fisik, dan keindahan kepribadian. Manusia pada umumnya mudah terpukau oleh keindahan fisik. Namun, keindahan fisik ini akan segera kehilangan kesan bila tingkah-laku dan kata-katanya  kasar. Di sinilah, kelemahlembutan menjadi kunci untuk mewujudkan pribadi yang indah.          Nabi Saw. bersabda:
"إن الله يعطي على الرفق ما لا يعطي على العنف, وما لا يعطي على ما سواه".
            “Sesungguhnya Allah memberi (keutamaan) kepada kelemahlembutan, yang tidak diberikanNya kepada kekerasan, dan tidak juga diberikanNya kepada (sifat-sifat) yang lain.” (HR. Muslim dari ‘Aisyah ra.)
            Dalam kesempatan lain, Nabi Saw. bersabda:
        "إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه, ولا ينزع من شيء إلا شانه".
            “Sesungguhnya kelemahlembutan tidak melekat pada sebuah pribadi kecuali sebagai perhiasan, dan tidak terlepas darinya kecuali sebagai keaiban.” (HR. Muslim)
            Kedua, kelemahlembutan bisa membentuk orang-orang dan lingkungan di sekitar kita. Banyak Sahabat radhiyalLahu ta’âlâ ‘anhum yang memperoleh hidayah (masuk Islam) setelah menyaksikan pribadi Nabi Saw. yang lemah-lembut. Salah satunya: Tsumâmah bin Atsâl ra.
            Suatu hari, Tsumâmah yang masih musyrik tertangkap dalam sebuah peperangan melawan kaum Muslimin. Ketika Nabi Saw. menjenguk para tawanan, beliau sempat bertanya kepada Tsumâmah, “Apa yang ingin kau katakana, wahai Tsumâmah?”
            Tsumâmah menjawab, “Jika kau hendak membunuhku, hai Muhammad, sesungguhnya kau membunuh seseorang yang memiliki pengaruh kuat. Jika mau berbuat baik kepadaku, maka kau berbuat baik kepada orang yang tahu berterima kasih. Dan jika kau ingin harta tebusan, sebutkan saja berapa pun jumlahnya, pasti akan aku bayar.”
            Namun Nabi Saw. tidak memerintahkan untuk membunuh Tsumâmah, atau meminta tebusan darinya. Beliau Saw. malah mengingatkan para Sahabat ra. agar merawat Tsumâmah dan tawanan lainnya dengan baik.
            Demikianlah, sampai tiga kali kesempatan Nabi Saw. menanyakan hal yang sama kepada Tsumâmah, ia terus menantang untuk dibunuh saja atau membayar tebusan dalam jumlah yang besar.
            Setelah para tawanan tersebut dirawat hingga pulih kondisi mereka, alih-alih mereka dibunuh atau dimintai uang tebusan; Nabi Saw. dengan senyum mengembang malah membebaskan mereka tanpa syarat dan menyuruh mereka untuk kembali kepada keluarga masing.
            Tsumâmah pun beranjak meninggalkan Nabi Saw dan para Sahabat ra. Namun tak lama berselang, ia kembali menghadap Nabi Saw., mengikrarkan keislamannya. Lalu ia berkata, “Sungguh, wahai Rasulullah, sebelum ini tiada orang yang paling saya benci di dunia selain anda. Tapi sekarang anda menjadi orang yang paling saya cintai di dunia ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Ketiga, kelemahlembutan adalah pelindung hati dari noda dan penyakit kalbu. Yang perlu disadari, ketika kita berkata kasar dan mengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain. Tapi, terlebih lagi, kita sedang menodai hati kita sendiri, mengotorinya dengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras.
            Suatu kali, Nabi Saw. tengah dudukbersama Aisyah ra. Lalu melintaslah sekelompok orang Yahudi di hadapan beliau. Tiba-tiba mereka menyapa Nabi Saw. dengan memelesetkan ungkapan “Assalâmu’alaikum” menjadi “Assâmu ‘alaika”—kebinasaan atasmu, hai Muhammad.
            Mendengar serapah orang-orang Yahudi itu, Aisyah ra. naik pitam dan balik memaki mereka. Namun Nabi Saw. segera menenangkan Aisyah ra. dan memintanya agar tidak mengotori mulut dan hatinya dengan kekasaran dan kebencian. Lalu beliau memberikan alasan:
        "إن الله رفيق ويحب الرفق في الأمر كله". 
            “Sesungguhnya Allah Swt. lembut, dan menyukai kelemahlembutan dalam segala hal.” (HR. al-Bukhari)

            Lemah-lembut dalam tutur kata, lemah-lembut dalam canda, serta lemah-lembut dalam tingkah-laku ternyata merupakan salah satu keteladanan yang paling menonjol dalam diri Rasulullah Saw. Dan saat ini, dalam keseharian kita, baik dalam lingkup kehidupan sosial yang paling kecil hingga yang paling besar; betapa kita menghajatkan keteladanan ini demi terus menjaga keseimbangan sosial yang kita miliki. Toh Allah Swt. telah berfirman:
            “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap (keridhaan) Allah…” (Al-Ahzâb; 21)
            Kelemahlembutan bukan indikasi ketidakberdayaan, tetapi merupakan tanda kemampuan untuk mengendalikan diri. Sebaliknya, kekasaran bukan tanda kekuasaan, namun tanda kerapuhan emosional dan kelemahan kepribadian.
            Pada titik singgung ini, Nabi Saw. bersabda:
        "إذا أحبّ الله عبدا أعطاه الرفق. وما من أهل بيت يحرّمون الرفق إلا حرّموا الخير".
            “Apabila Allah Swt. menyukai seorang hamba, maka Ia akan mengkaruniainya kelemahlembutan. Dan barangsiapa dari keluargaku yang mengharamkan/menjauhi kelemahlembutan, maka sesungguhnya dia telah menjauhi kebaikan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

keutamaan Silaturrahmi

Keutamaan Silaturahmi

Kategori: Akhlaq, Keluarga Tanggal: Feb 27, 2009 | 4 Komentar
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia? Karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar umat manusia. Silaturahmi juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang.
Silaturahim termasuk akhlak yang mulia. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya,
?????? ?????????? ??? ????????????? ??? ?????????? ??? ????????? ????????????? ????????????? ?????????? ????????? ?????????? ????? ????????????? ????????? ?????????????
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad 47:22-23).
?????????? ????? ??????? ???????????? ???? ?????????????? ????? ????? ????? ?????????? ????????
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).
Juga sabda Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ,
???? ??????? ???? ???????? ???? ??? ???????? ?????? ???????? ???? ??? ???????? ?????????? ????????
Artinya: “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini di riwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya, Kitabul Adab, bab Man Busitha Lahu Minar Rizqi Bi Shilatirrahim (10/429). Muslim dalam Shahihnya, Kitabul Birri Wal Shilah Wal Adab, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/330). Abu Daud dalam Sunannya, kitab Az Zakat, Bab Fi Shilaturrahmi no. 1693, dengan lafadz,
???? ??????? ???? ???????? ???? ??? ???????? ?????? ???????? ???? ??? ???????? ?????????? ????????
Artinya: “Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturahim.
At Tirmidzi dalam Jami’nya, no. 1865, Ibnu Majah dalam Sunannya no. 3663 dan Ahmad dalam Musnadnya sebanyak 10 riwayat.
MAKNA KOSA KATA HADITS
- ??????? bermakna ajal, karena dia ikuti kepada kehidupan dalam jejak-jejaknya, dan
- ?????? ???????? bermakna dilapangkan dan diperbanyak, dikatakan pula bermakna berkah di dalamnya (yakni diberkahi rizkinya).
FAIDAH HADITS
Hadits yang agung ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya,
????????? ??????? ?????? ??????? ????? ?????????? ?????????????????? ??????? ????????????????????
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama. Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua. Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak). Inilah makna firman Allah Ta’ala ,
??????? ????? ?????????? ??????????
Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki).” (QS Ar Ra’d:39).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Dan yang ketiga. Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]
Demikian pula Syaikhul Islam berkomentar tentang permasalahan ini dengan pernyataan beliau :
Adapun firman Allah Ta’ala ,
?????????????? ??? ?????????? ???????????? ???? ???????? …..
Arinya: “Dan sekali-kali tidak diperpanjang umur seorang yang berumur panjang, dan tidak pula dikurangi umurnya…… ” (QS Fathir:11).
Bermakna umur manusia tidak akan diperpanjang, dan tidak pula akan dikurangi. Adapun maksud diperpanjangan dan pengurangan disini, bermakna dua hal, yaitu :
Pertama. Si fulan berumur panjang, sedangkan lainnya berumur pendek. Maka pengurangan umur di sini merupakan kekurangannya dibanding yang lainnya, sebagaimana orang yang panjang umurnya berumur panjang dan yang lain berumur pendek. Maka pengurangan umurnya menunjukkan dia lebih pendek dibandingkan yang pertama sebagaimana perpanjangan merupakan tambahan dibanding yang lainnya.
Kedua. Bisa jadi makna kurang disini ialah kurang dari umur yang telah ditentukan, sebagaimana yang dimaksud dengan tambahan adalah tambahan dari umur yang telah ditentukan. Sebagaimana dalam Shahihain dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda,
???? ??????? ???? ???????? ???? ??? ???????? ?????? ???????? ???? ??? ???????? ?????????? ????????
Artinya: “Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturahim.
Sebagian orang berkata, yang dimaksud adalah barakah dalam umurnya dengan beramal dengan waktu yang singkat sesuatu yang diamalkan oleh orang lain dalam waktu yang lama. Mereka beralasan, karena rizki dan ajal telah ditakdirkan dan ditentukan. Maka dikatakan kepada mereka, bahwa barakah tadi bermakna tambahan dalam amal dan manfaat. Padahal hal tersebut juga telah ditakdirkan. Bahkan ketentuan tersebut meliputi semua hal.
Jawaban yang benar ialah : Bahwa Allah telah menetapkan ajal hamba dalam catatan malaikat. Apabila ia menyambung silaturahim, maka akan ditambahkan pada apa yang tertulis dalam catatan malaikat tersebut. Jika ia melakukan amalan yang menyebabkan umurnya berkurang, maka akan dikurangkan dari apa yang telah tertulis tersebut. Pandangan ini berdasarkan apa yang ada dalam Sunan Tirmidzi dan lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam , beliau bersabda,
????? ??? ?????? ?????? ???? ????? ???? ???????? ???????? ????????????? ???? ??????????? ????????? ????????? ??????? ???????? ??????? ???? ???????? ??????? ???? ????? ??? ?????? ??????? ??????? ?????? ??????? ?????? ????????? ?????? ???????????? ?????? ????? ?????? ???????? ? ????? ?????? ?????? ????? ?????? ???????? ???? ???? ??????? ???????? ?????? ???????? ???????? ??????? ?????????? ???????? ?????????????? ???????? ???????? ?????????? ????? ???? ?????? ???? ??????? ?????????? ?????? ???????? ???? ??????????? ????????? ??????? ?????????? ?????? ????????????? ?????????? ????? ?????????? : ???????? ????? ??????????? ????????????????????? ????? ?????????? ????????????
Artinya: “Sesungguhnya Adam ketika meminta kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya wajah-wajah para nabi dari keturunannya, maka Allah pun memperlihatkannya. Kemudian dia melihat seorang laki-laki yang memiliki cahaya. Adam bertanya,”Ya Rabbi, siapakah ini?” Allah menjawab,”Anakmu, Daud.” Lalu beliau bertanya lagi,”Berapa umurnya?” Dijawab,”Umurnya 40 tahun” , beliau bertanya lagi,”Berapa umur saya?” Dijawab,”Seribu tahun”, Adam berkata,”Saya berikan enam puluh tahun umur saya kepadanya.” Maka ditulis atasnya suatu kitab yang disaksikan oleh malaikat. Sehingga ketika akan meninggal dia berkata,”Umur saya masih tersisa enam puluh tahun.” Malaikat menjawab,”Kamu telah memberikannya kepada anakmu Daud.” Lalu Adam mengingkarinya dan dikeluarkanlah kitab tadi. Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda, “Adam telah lupa, maka anak keturunannya pun (punya sifat) lupa. Dan Adam telah mengingkari, maka anak keturunannya pun (punya sifat) mengingkari.” ” [Riwayat Tirmidzi dalam tafsir Surat Al A’raf dan dia berkata,”Hadits ini hasan gharib dari jalan ini (11/196). Berkata Al Arnauth dalam Jami’ul Ushul (2/141). Diriwayatkan oleh Al Hakim, dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz Dzahabi. Syeikh Al Albani menshahihkannya dalam Shahihul Jami' No. 5209]
Dan telah diriwayatkan, bahwa umur Adam disempurnakan. Demikian juga umur Daud telah ditetapkan empat puluh tahun, kemudian ditambah*) enam puluh tahun. Inilah makna perkataan Umar,”Ya Allah jika Engkau telah menulis, bahwa saya termasuk orang yang sengsara, maka hapuslah dan tulis saya sebagai orang yang berbahagia, karena Engkau menghapus apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan (apa yang Engkau kehendaki).” Allah telah mengetahui apa yang sudah terjadi, yang sedang terjadi dan yang belum terjadi, dan seandainya terjadi bagaimana cara terjadinya. Allah mengetahui apa yang telah ditulis bagi seorang hamba, dan apa yang akan ditambahkan kepadanya. Sedangkan para malaikat tidak mengetahui, kecuali apa yang telah Allah beritahukan kepada mereka. Allah mengetahui segala sesuatu sebelum dan sesudah terjadinya. Oleh karena itu para ulama mengatakan, bahwa penghapusan dan penetapan itu terjadi pada catatan malaikat. Adapun ilmu Allah, maka tidak akan berbeda dan tidak ada yang baru yang belum diketahuinya. Sehingga tidak ada penghapusan dan penetapan.[Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah (14/490)]
[*) Barangkali yang benar adalah,“ditambah baginya” sebagai ganti dari “dijadikannya”, karena Adam as telah memberikan kepada Daud 60 tahun dari umurnya, sehingga umur Daud menjadi 100 tahun bukan 60 tahun]
Berkata di tempat lain :
Ajal itu ada dua. Ajal mutlak dan ajal muqayyad. Dengan ini maka jelaslah makna sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ,
???? ??????? ???? ???????? ???? ??? ???????? ?????? ???????? ???? ??? ???????? ?????????? ????????
Artinya: “Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturrahim.
Karena Allah memerintahkan malaikat untuk menulis ajal seseorang, kemudian berfirman (yang artinya),“Apabila dia menyambungkan silaturahmi, maka tambah sekian dan sekian.” Dan malaikat tidak mengetahui, apakah akan ditambahkan ataukah tidak. Sedangkan Allah mengetahui apa yang akan terjadi. Sehingga apabila datang waktunya, maka tidak bisa dimajukan ataupun dimundurkan.[Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah (8/517)]
Ibnu Hajar Rahimahullah menjawab permasalahan ini, ”Berkata Ibnu Tin, ‘Secara lahiriah, hadits ini bertentangan dengan firman Allah,
????????? ??????? ?????? ??????? ????? ?????????? ?????????????????? ??????? ????????????????????
Artinya: “Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf:34).
Untuk mancari titik temu kedua dalil tersebut dapat ditempuh melalui dua jalan. Pertama, tambahan (umur) yang dimaksud yaitu kinayah dari usia yang diberi berkah, karena mendapat taufiq (kemudahan) menjalankan ketaatan, menyibukkan waktunya dengan hal yang bermanfaat di akhirat, serta menjaga waktunya dari kesia-siaan. Hal ini seperti sabda Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam , bahwa umur umat ini lebih pendek dibandingkan umur umat-umat yang terdahulu. Tetapi kemudian Allah menganugerahi lailatul qadar (malam qadar).
Kesimpulannya, silaturahim dapat menjadi sebab mendapatkan taufiq (kemudahan) menjalankan ketaatan dan menjaga dari kemaksiatan. Sehingga namanya akan tetap dikenang. Seolah-olah seseorang itu tidak pernah mati. Dan di antara hal yang bisa mendatangkan taufiq, yaitu ilmu yang bermanfaat bagi orang setelahnya, shadaqah jariyah dan anak keturunan yang shalih.
Kedua, tambahan itu secara hakikat atau sesungguhnya. Hal itu berkaitan dengan ilmu malaikat yang diberi tugas mengenai umur manusia. Adapun yang ditunjukkan oleh ayat pertama di atas, maka hal itu berkaitan dengan ilmu Allah Ta’ala . Umpamanya dikatakan kepada malaikat, umur si fulan 100 tahun jika ia menyambung silaturahmi, dan 60 tahun jika ia memutuskannya.
Dalam ilmu Allah telah diketahui, bahwa fulan tersebut akan menyambung atau memutuskan silaturahim, maka yang ada dalam ilmu Allah tidak akan maju atau mundur, sedangkan yang ada dalam ilmu malaikat itulah yang mungkin bisa bertambah atau berkurang. Demikianlah yang diisyaratkan oleh firman Allah,
??????? ????? ????????? ?????????? ?????????? ????? ??????????
Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisiNya-lah tedapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudz).” (QS Ar Ra’d:39).
Jadi, yang dimaksud dengan menghapuskan dan menetapkan dalam ayat itu ialah yang ada dalam ilmu malaikat. Adapun yang ada di Lauh Mahfuzh itu, merupakan ilmu Allah yang tidak akan ada penghapusan (perubahan) selama-lamanya. Itulah yang disebut dengan al qadha al mubram (takdir atau putusan yang pasti). Sedangkan yang pertama (ilmu malaikat) disebut al qadha al mu’allaq (takdir atau putusan yang masih menggantung).
Yang pertama tampak lebih cocok dengan lafadz hadits di atas. Karena al atsar ialah sesuatu yang mengikuti yang lain. Apabila diakhirkan, maka menjadi baik untuk membawanya kepada keharuman nama setelah meninggalnya. Ath Thibbi berkata, ”Jalan yang pertama lebih jelas…” [Fathul Bari, Kitabul Adab, bab Man Busitha Lahu Fir Rizqi Bi Shilatirrahim (10/429)]
Berdasarkan nukilan ini, jelaslah, bahwa para ulama Rahimahumullah mempunyai tiga pendapat dalam menafsirkan penambahan umur. Pendapat pertama, barakah. Pendapat kedua, perpanjangan hakiki atau sesungguhnya. Pendapat ketiga, keharuman nama setelah meninggalnya.
Akhirnya, inti yang wajib kita jadikan jalan keluar dari perselisihan makna memanjangkan umur baik bermakna hakikat ataupun majaz (kiasan), yaitu memperpanjang umur tersebut dengan menggunakan dan menghabiskannya untuk mendapatkan tambahan kebaikan. Adapun seseorang yang panjang umurnya tetapi jelek amalannya, maka ia termasuk sejelek-jelek orang, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Bakrah Radhiyallahu’anhu.
Keutamaan inipun dikuatkan dengan hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yang berbunyi,
?????? ????????? ???????? ?????????
Artinya: “Silaturahim bisa menambah umur.” [Dikeluarkan oleh Al Qadha’i dalam Musnad Asy Syihab dan dihasankan oleh Al Munawi dalam Faidhul Qadir (4/192) dan Al Albani menshahihkannya dalam Shahihul Jami' no. 3776]
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama. Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau bersabda,
?????? ????? ???????? ????????? ??????????? ???????? ?????????? ????????
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua. Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam ,
?????? ??????? ????????? ???????? ?????? ?????? ??????? ????????? ????? ??????? ?????????? ???? ???? ???????????? ????? ????? ?????????? ???? ?????? ???? ???????? ?????????? ???? ???????? ??????? ????? ??? ?????
Artinya: “Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga. Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
???? ????? ???????? ??????????????? ?????? ??????? ?????? ????? ??????? ????? ??? ??????? ??????? ??????????? ???????? ??????????? ?????????? ??????? ?????????? ?????? ??????? ???????? ????????? ???????? ??????? ??? ???????? ???? ??????? ????????? ?????????? ????????? ?????????? ???????? ?????????
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Silaturahmi adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS Arra’d 13:21).
Demikianlah sebagian keutamaan silaturahim. Tentunya tidak seorangpun dari kita yang ingin melewatkan keutamaan ini. Apalagi bila melihat akibat buruk dan adzab pedih yang Allah Ta’ala siapkan bagi orang yang memutus tali silaturahim. Karenanya, orang-orang shalih dari pendahulu umat ini membiasakan diri menyambung silaturahim, walaupun sulit sarana komunikasi pada jaman mereka. Sedangkan pada zaman sekarang ini, dengan tercukupinya sarana transportasi dan komunikasi, semestinya membuat kita lebih aktif melakukan silaturahim. Kemudahan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita tersebut, hendaknya dipergunakan untuk silaturahim. Mungkin salah seorang dari kita melakukan perjalanan ke negeri yang jauh untuk wisata, akan tetapi dia merasa berat untuk mengunjungi salah seorang kerabatnya yang masih satu kota dengannya -kalau tidak saya katakan satu daerah dengannya- padahal paling tidak hubungan tersebut dapat dilakukan dengan hanya mengucapkan salam. Apa beratnya mempergunakan telepon untuk menghubungi salah satu kerabat kita dan mengucapkan salam kepadanya?
Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
??????? ???????????? ?????? ????????????
Artinya: “Sambunglah keluargamu meskipun dengan salam.” [Riwayat Al Bazzar, Ath Thabrani dan Al Baihaqi. Berkata Al Munawi dalam Faidhul Qadir, “Berkata Al-Bukhari,’Semua jalannya dha’if, akan tetapi saling menguatkan (3/207)’.” Al Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami' no. 2838]
Mungkin ada yang mengatakan, di antara penyebab terputusnya silaturahmi ialah banyaknya kesibukan manusia pada hari ini dan keluasan wilayah. Tetapi orang yang memperhatikan keadaan semisal Abu Bakar dan Umar Al Faruq Radhiyallahu’anhuma . Pada masa pemerintahannya, meskipun banyak beban yang harus dipikul di pundak mereka dan belum lengkapnya sarana transformasi dan komunikasi modern, akan tetapi mereka tetap memiliki waktu untuk mengunjungi kerabatnya dan membantu tetangganya. Sedangkan diri kita sering mengunjugi dan bercengkrama dengan sahabat-sahabat, tetapi tidak pernah memasukkan ke dalam agenda kegiatan untuk berkunjung ke salah satu kerabat, meskipun satu kali dalam sebulan.
Tampaknya sebab utama yang menghalangi kita bersilaturahim, karena buruknya pengaturan dan manajemen waktu. Atau karena kita kurang begitu mengerti besarnya dosa memutus silaturahim. Kemudian dengan kesibukan yang berlebihan dalam kehidupan dunia,. hingga kita mendapati seseorang bekerja pada pagi hari. Setelah itu menyibukkan diri dengan pekerjaan lain pada sisa harinya. Padahal sudah berkecukupan dalam hal rizki. Lantas, mengabaikan hak-hak keluarga, anak-anak, kedua orang tua dan kerabatnya.
Maka sepatutnyalah engkau, wahai saudaraku muslim. Hendaklah bersemangat memanjangkan umurmu dengan bersilaturahim. Ketahuilah, barangsiapa yang menyambungnya, niscaya Allah Ta’ala akan berhubungan dengannya. Dan barangsiapa memutuskannya, maka Allah pun akan memutuskan hubungan dengannya. [Untuk tambahan, lihat kitab Al Adab Asy Syar’iyyah Wal Minah Al Mur’iyyah, oleh Ibnu Muflih, Juz 1 dan kitab Shilaturrahim Fadluha Ahkamuha Itsmu Qathi’iha, oleh Syaikh Muhammad Thabl dan Ibrahim Muhammad]
Mudah-mudahan risalah ini dapat mendorong kita semua untuk bersilaturahmi.
Penulis: Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel UstadzKholid.com

Sukses sang dermawan

Untuk semua anggota PKBS yang dirahmati Alloh, siapapun,kapanpun, dimanapun kita bisa sukses kalau ada kemauan ,kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan ikhlas. di bawah ini cerita sukses/kisah nyata seorang yang hanya lulusan SMP tapi bisa Sukses, artinya sipapun bisa.............kita pasti bisa...............kita pasti bisa.......kita pasti bisa...........
silahkan baca, hayati, cermati, dan ikuti dengan baik....."They Can Because they think they Can"
Kisah Sukses Mantan Seorang Petugas Keamanan
February 7th, 2009
Fauzi Saleh, contoh seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Ini berkat kompak dengan karyawannya. Derai tawa dan langgam bicaranya khas betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh dalam meladeni tamunya.
Pengusaha perumahan mewah Pesona Depok dan Pesona Khayangan yang hanya lulusan SMP tersebut memang lahir dan dibesarkan di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Setamat dari SMP pada tahun 1966, beliau telah merasakan kerasnya kehidupan di ibukota.
Saat itu Fauzi terpaksa bekerja sebagai pencuci mobil di sebuah bengkel dengan gaji Rp 700 per minggu. Bahkan delapan tahun silam, dia masih dikenal sebagai penjaga gudang di sebuah perusahaan. Tapi, kehidupan ibarat roda yang berputar.
Sekarang posisi ayah 6 anak yang berusia 45 tahun ini sedang berada diatas. Pada hari ulang tahunnya itu, pria bertubuh kecil ini memberikan 50 unit mobil kepada 50 dari sekitar 100 karyawan tetapnya. Selain itu para karyawan tetap dan sekitar 2.000 buruh mendapat bonus sebulan gaji. Total Dalam setahun, karyawan dan buruhnya mendapat 22 kali gaji sebagai tambahan, 3 bulan gaji saat Idul Fitri, 2 bulan gaji saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Haji, dan 1 bulan gaji saat 17 Agustus, tahun baru dan hari ulang tahun Fauzi. Selain itu, setiap karyawan dan buruh mendapat Rp 5.000 saat selesai shalat Jumat dari masjid miliknya di kompleks perumahan Pesona Depok.
Sikap dermawan ini tampaknya tak lepas dari pandangan Fauzi, yang menilai orang-orang yang bekerja padanya sebagai kekasih. “Karena mereka bekerjalah saya mendapat rezeki.”, katanya. Manajemen kasih sayang yang diterapkan Fauzi ternyata ampuh untuk memajukan perusahaan. Seluruh karyawan bekerja bahu-membahu. “Mereka seperti bekerja di perusahaan sendiri.” Katanya.
Prinsip manajemen “Bismillah” itu telah dilakukan ketika mulai berusaha pada tahun 1989 silam, yaitu setelah dia berhenti bekerja sebagai petugas keamanan. Berbekal uang simpanan dari hasil ngobyek sebagai tukang taman,sebesar 30 juta, beliau kemudian membeli tanah 6 x 15 meter sekaligus membangun rumah di jalan jatipadang, jakarta selatan.
Untuk menyiapkan rumah itu secara utuh diperlukan tambahan dana sebesar 10 juta. Meski demikian, Fauzi tidak berputus asa. Setiap malam jumat, Fauzi dan pekerjanya sebanyak 12 orang, selalu melakukan wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa agar usaha yang sedang mereka rintis bisa berhasil. Mungkin karena usaha itu dimulai dengan sikap pasrah, rumah itupun siap juga. Nasib baik memihak Fauzi. Rumah yang beliau bangun itu laku Rp 51 juta. Uang hasil penjualan itu selanjutnya digunakan untuk membeli tanah, membangun rumah, dan menjual kembali. Begitu seterusnya, hingga pada 1992 usaha Fauzi membesar. Tahun itu, lewat PT. Pedoman Tata Bangun yang beliau dirikan, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah mewah Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan yang juga di Depok. Kini telah dibangun Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit rumah dan pesona khayangan 2 sebanyak 1100 unit rumah. Sedangkan pesona khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah.
Harga rumah group pesona milik Fauzi tersebut antara 200 juta hingga 600 juta per unit. Yang menarik tradisi pengajian setiap malam jumat yang dilakukannya sejak awal, tidak ditinggalkan. Sekali dalam sebulan, dia menggelar pengajian akbar yang disebut dengan pesona dzikir yang dihadiri seluruh buruh, keluarga dan kerabat di komplek pesona khayangan pertengahan september lalu, ada sekitar 4.000 orang yang hadir. Setiap orang yang hadir mendapatkan sarung dan 3 stel gamis untuk shalat. Setelah itu, ketika beranjak pulang, setiap orang tanpa kecuali, diberi nasi kotak dan uang Rp 10.000. tidak mengherankan, suasana berlangsung sangat akrab. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Tidak ada perbedaan antara bawahan dan atasan. Menurut Fauzi, beliau sendiri tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti ini.
“Ini semua dari Alloh. Saya tidak ada apa2nya.” Kata pria yang sehari-hari berpenampilan sederhana ini. Karena menyadari bahwa semua harta itu pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa mengembalikannya dalam bentuk infak dan shadaqoh kepada yang membutuhkan. Tercatat, beberapa masjid telah dia bangun dan sejumlah kaum dhuafa dan janda telah disantuninya. Usaha yang dijalankannya tersebut, menurut Fauzi ibarat menanam padi. “Dengan bertanam padi, rumput dan ilalang akan tumbuh. Ini berbeda kalau kita bertanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Kata Fauzi.
Artinya, Fauzi tidak menginginkan hasil usaha untuk dirinya sendiri. “Saya hanya mengambil, sekedarnya, selebihnya digunakan untuk kesejahteraan karyawan dan sosial.” Katanya.
Sekitar 60 % keuntungan digunakan untuk kegiatan sosial, sedangkan selebihnya dipakai sebagai modal usaha. Sejak empat tahun lalu, ada Rp 70 milyar yang digunakan untuk kegiatan sosial.
“Jadi, keuntungan perusahaan ini adalah nol.” Kata Fauzi. ” Jika setiap bangun pagi , kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia”
Sumber : http://arifperdana.wordpress.com
yang harus kita ikuti dari kisah sukses ini adalah
1. Kebiasaan yang dilakukan pada malam jumat, yaitu  wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa agar usaha yang sedang mereka rintis bisa berhasil
2. tidak membedakan antara bawahan dan atasan
3. menganggap karyawan sebagai bagian dari keluarga
4. sangat peduli dan selalu memberikan hadiah kepada karyawan
5. 60% dari keuntungannya untuk kegiatan sosial

Sabtu, 25 Juni 2011

saudara kita telah pergi menghadap Illahi Robbii

INNA LILLAHI WA'INNA ILAIHI ROJI'UN Telah pergi ke rahmatulloh dengan tenang saudara kita anggota Paguyuban Keluarga Besar Slaranglor, M.Mubin , Semoga arwahnya diterima disisi Alloh SWT, dengan amal yang baik / Khusnul hotimah, Amin.....amin....aminn.....ya robbal alamin..
kepada istri dan anak-anak yang ditinggalkan serta semua keluarganya diberi ketabahan, kesabaran, dalam menerima cobaan ini, Kami atas nama Paguyuban Keluarga Besar Slaranglor, baik ketua secara pribadi, maupun semua anggota PKBS mengucapkan Bela sungkawa yang sedalam-dalamnya, dan kami hanya bisa mendoakan semoga, amal ibadahnya di terima oleh Alloh SWT.
Kepergian saudara M.Mubin adalah suatu peringatan dari Alloh SWT,bagi kita semua agar kita selalu mengingatNya, agar kita selalu melaksanakan perintahNya, dan selalu beribadah kepadaNya, dimanapun kita berada.
Kepergian saudara M.Mubin adalah mengingatkan kita, Bahwa hidup hanyalah sementara, dan kita semua akan kembali KepadaNya, maka  bersiaplah karena ''hidup ini adalah Penantian sedangkan mati adalah Kepastian" Rosululloh SAW sudah mengingatkan dalam haditsnya "I' MAL LIDUNYAKA KA'ANNA TAISU ABADA WA'MALLI'AKHIROTIKA KA'ANNAKA TAMUTU GHODA"Berusahalah untuk urusan duniamu seakan-akan kamu  akan hidup selamanya dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.artinya ketika kita berusaha/bekerja untuk menghidupi keluarga/mencari nafkah harus semangat, agar mendapatkan harta yang banyak yang berkah dan tentunya halal, agar hidup kita bisa tenang dalam beribadah, dan berusahalah untuk akhiratmu, artinya kita harus menjalankan perintah Alloh dan meninggalkan laranganNya, beribadah yang rajin, sholat, sedekah dan ibadah lainnya dengan ikhlas,seakan -akan kita akan menghadapNya.
KULLUN NAFSIN DZA'IQOTUL MAUT /Semua yang bernafas pasti akan mati.

Selasa, 07 Juni 2011

6 model manusia

Super Human DNA - CITRA MANUSIA

Citra manusia adalah sebuah implikasi psikologis, karena manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang cenderung menganut agama yang lurus.

Mereka memiliki kecenderungan untuk mengenal Tuhan, berpihak pada kebenaran, berbuat kebajika, Fitrah diungkap dalam Al-qur’an sebanyak 20 kali yang tergelar di dalam 17 surat, antara lain yang terdapat dalam surat Ar-rum ayat 30 yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

Firman tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT menurut fitrahnya. Fitrah ini merupakan citra manusia yang penciptaannya tidak ada perubahan, sebab jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.

Dengan adanya fitrah, maka manusia dapat memilih dan memilah antara kebenaran dan kesalahan serta antara kebaikan dan keburukan. Adapun yang dimaksud citra di sini adalah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi yang merupakan sunnatullah yang dibawa sejak ia dilahirkan.

Adapun potensinya antara lain adalah :
  1. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.
  2. Manusia mempunyai kapasitas intelegensi yang paling tinggi dibandingkan dengan semua makhluk yang lain.
  3. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan.
  4. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat.
  5. Manusia tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja.

Adapun citra manusia dalam psikologi Islam dapat disederhanakan sbb :
  1. Manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid dan menjadi khalifah di muka bumi.
  2. Manusia memiliki ruh yang berasal dari Tuhan yang mana menjadi esensi kehidupan manusia.
  3. Bahwa pusat tingkah laku manusia adalah Qalbu, bukan otak atau jasad manusia; manusia memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham; serta tingkat kepribadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan

Pandangan tentang Manusia dan Pembinaan Suara Hati

Islam menegaskan bahwa manusia itu pada dasarnya baik. Pelihara saja dasar itu, tidak usah ditambahi dan dikurangi. Meminjam istilah Dante Alegieri dalam bukunya Divina Comedia, menurut Islam manusia itu dilahirkan dalam fitrah yang suci. Sehingga seorang bayi, hidup dalam alam paradiso (kalau mati dalam Islam dianggap langsung masuk ke surga). Dalam perkembangan selanjutnya—dalam istilah keagamaan—karena kelemahannya sendiri, sang bayi yang tumbuh pelan-pelan menjadi dewasa ini lalu tergoda, karena tarikan kehidupan dunia, sehingga sedikit demi sedikit ia masuk ke alam inferno: “neraka dunia” (metafor untuk mereka yang menjauhi diri dari suara hatinya yang suci). Karena dosanya hatinya pun menjadi kotor. Kemudian dalam suatu keadaan yang disebut penyucian, seorang manusia dilatih kembali untuk lepas dari inferno-nya, dari neraka dirinya. Inilah proses ke alam purgatorio, alam pembersihan diri, dimana dari sini akan terbuka kembali alam kefitrahannya, yang pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam kefitrahan ini: keadaan hati yang ada dalam kecemerlangannya. Sebenarnya fitrah ini bukanlah sesuatu yang didapatkan atau diusahakan, tetapi sesuatu yang “ditemukan kembali.” Itu sebabnya istilah yang dipakai (seperti misalnya dalam Idul Fitri kita minggu depan) adalah “kembali ke fitrah” yang secara simbolik artinya adalah merayakan kembalinya diri kita kembali ke alam paradiso—surga diri, alam kefitrahan manusia, “kembali kepada kecemerlangan suara hati”; asal dari penciptaannya. “Maka hadapkanlah wajahmu benar-benar kepada agama; menurut fitrah Allah yang atas pola itu Ia menciptakan manusia. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah, itulah agama yang baku; tetapi kebanyakan manusia tidak tahu.” (Q. s. al-Rûm/30:30).

Lawan dari fitrah ini, adalah dosa. Apa itu dosa? Al-Qur’an menyebut orang yang berdosa itu sebagai zhâlim –yang sudah menjadi bahasa Indonesia, zalim, lalim— dan sering diterjemahkan dengan arti aniaya. Secara harafiah, zhâlim artinya orang yang menjadi gelap. Dosa dalam bahasa Arab, zhulmun, kegelapan, artinya membuat hati yang gelap (suara hati yang tertutup). Kalau seseorang banyak berdosa, maka hati (suara hati)-nya tidak lagi bersifat nûrânîy (bersifat cahaya [bandingkan istilah bahasa Indonesia suara-hati [kata-hati] dengan hati-nurani ini, yang sama-sama sering dipakai sebagai terjemahan dari conscience]).

Dahsyatnya Metodologi Islam
Satu demi satu manusia yang ada di sekitar Rasulullah SAW berubah. Mereka mengalami proses rekonstruksi (pembangunan ulang) visi dan pandangan hidup mereka tentang diri mereka sendiri sebagai manusia, tentang alam raya yang mengitari mereka, tentang misis kehidupan mereka di dunia. Dan itu menjadi awal perubahan besar yang terjadi dalam skala kepribadian mereka. Dan tiba-tiba gurun jazirah Arab dipenuhi oleh orang-orang besar yang siap memimpin dunia. Bagaimana bisa terjadi seperti itu? Mungkinkah proses spektakuler itu berulang kembali saat itu, pada kondisi peradaban manusia yang tidak berarah ini?

Ternyata Islam memiliki konsep tentang pengembangan diri seorang muslim. Seorang muslim yang memiliki karakter kuat sehingga ia muncul menjadi ‘manusia baru’, dan menjadi model manusia muslim yang mempesona. Dan model manusia seperti inilah yang akan mampu mengemban misi peradaban Islam yang mulia.

Islam tidak hanya mengajarkan manusia bagaimana masuk syurga, namun sebenarnya Islam lebih dari itu. Ada sebuah proses pengembangan diri yang diperhatikan dalam Islam, proses rekonstruksi dari manusia setelah masa Rasulullah di medan revolusi peran manusia di dunia. Konsep-konsep pengembangan diri dalam Islam berorientasi pada pembentukan pribadi muslim yang berkarakter kuar, lahir sebagai manusia baru yang membawa pencerahan pada peradaban Islam.

Untuk menjadi manusia yang bisa diandalkan pada abad ke -21 harus memenuhi ketiga kualifikasi yaitu afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Afiliasi adalah manusia diharapkan mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu yaitu wilayah nilai Islam sehingga menjadi pribadi shaleh. Saleh secara pribadi dapat dibentuk oleh akidah, metodologi, sikap dan akhlak. Setelah mendapatkan saleh secara pribadi, memberikan partisipasinya. Manusia dapat mensalehkan orang lain karena telah mampu mensalehkan dirinya. Kemudian memberikan kontribusi yakni mempunyai spesialisasi dalam keprofesian maupun bidang ilmu tertentu. Yakni spesialisasi dalam bidang keprofesionalan, kepemimpinan, pemikiran dan keuangan.

Selain itu, untuk menjadi manusia yang bisa diandalkan pada abad ke 21 perlu memiliki konsep diri. Sehingga mempunyai orientasi dalam pengembangan konsep diri. Ungkapan Ibnu Qayyim bahwa untuk memahami diri diperlukan ma’rifatullah dan ma’rifatunnas. Dengan pengetahuan ini manusia mempunyai orientasi / tujuan hidup dan mengetahui cara menggapainya.

Untuk menjadi manusia muslim abad 21 perlu merencanakan pengembangan diri. Sehingga tantangan dakwah sekeras dan seberat apapun dapat diatasi. Berbekal pada pemahaman diri dengan berlandaskan pada pemahaman syariat akan melahirkan kemampuan untuk mengembangkan diri secara optimal. Dalam Q.S.Al Hasyr : 1 didefinisikan sebagai perintah untuk merencanakan hari esok yang diiringi dengan ketakwaan, sebagai landasan syar’I untuk pengembangan diri.

Analisis SWOT untuk diri sendiri menjadi sesuatu hal yang penting untuk setiap manusia agar memahami titik kekuatan dan kelemahan sekaligus peluang unruk diambil dan ancaman yang harus diantispasi. Hal yang cukup berpengaruh dalam proses pengembangan diri adalah motivasi dan kemauan untuk menujunya. Kemauan sebagai tenaga jiwa sehingga untuk membangun kemauan hanya butuh kemauan tenaga. Bagaimana mengumpulkan tenaga, menggunakan dan mengembalikan tenaga yang telah digunakan.

Proses pengembangan diri berlanjut pada mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir merupakan salah satu dari nilai-nilai dasar untuk menjadi orang multidimensi disamping mentalitas yang luar biasa, karakter seimbang dan kondisi fisik yang luar biasa. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir, manusia dapat hidup dimana-mana.

6 MODEL MANUSIA

PERTAMA:
model manusia yang hidup di dunia tapi tidak mengerti keinginan dan tujuan hidupnya. tujuan hidupnya hanya memenuhi kebutuhan makan dan minum secukupnya. walau demikian ia selalu mengeluhkan kesulitan hidup yang ia alami

KEDUA:
model manusia yang mengerti keinginannya, tapi ia tidak tahu cara menggapai keinginannya itu. ia hanya menunggu orang yang datang dan menolongnya. model manusia seperti ini lebih menderita daripada model manusia yang pertama.

KETIGA:
model manusia yang tahu tujuan hidupnya dan tahu cara mewujudkan tujuan hidupnya. hanya saja, ia tidak memiliki rasa percaya diri. ia memulai langkah untuk mewujudkan tujuan hidupnya tapi tidak menyempurnakan langkahnya. ia membeli buku, tapi tidak membacanya. begitu seterusnya. ia tidak pernah memulai langkah di jalan kesuksesan. jika melangkah, ia tidak pernah menyempurnakan model manuisa seperti ini lebih menderita daripada 2 model manusia sebelumnya.

KEEMPAT:
model manusia yang mengerti akan keinginannya,tahu cara menggapai keinginan, dan memiliki rasa percaya diri hanya saja ia sering terpengaruh oleh orang lain. setiap kali ia menyelesaikan 1 pekerjaan, ia akan mendengar orang lain kepadanya, "caramu tidak berguna". anda harus menyelesaikan urusan ini dengan cara yang lain. demikianlah jadinya, ia akan selalu menghancurkan sesuatu yang ia sudah bangun hanya karena pendapat yang berbeda dari orang lain. berbagai pendapat yang ia dengar membuatnya tidak pernah merasa mantap dalam satu kondisi. manusia seperti ini tidak pernah merasa puas dengan pikirannya sendiri. ia akan selalu ketika ia berhadapan dengan berbagai pendapat yang berbeda. dengan demikian ia menjadi model manusia yang lebih sengsara di banding model-model manusia sebelumnya.

KELIMA:
model manusia yang mengerti keinginannya, tahu cara menggapai keinginan, memiliki rasa percaya diri, dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain kecuali yang positif. ia berhasil menggapai kesuksesan kerja dan kesiksesan materi. tetapi setelah menggapai kesuksesan, ia mengalami masa kelesuan hingga tidak mampu berpikir kreatif dan tidak mampu meningkatkan kesuksesannya.
Kesuksesan yang ia telah ia capai bisa jadi merupakan kunci untuk menggapai kesuksesan yang lain. Seorang atlet yang bertujuan mempertahankan prestasi puncaknya lebih baik daripada atlet yang hanya bertujuan menggapai prestasi puncak. Setelah menggapai prestasi puncaknya, ia enggan berlatih serius hinnga prestasinya menurun.

Bisa jadi kita telah mendapatkan kesuksesan material. Tapi,ia kehilangan kesuksesan immaterial dan penghormatan moral. Akhirnya, ia akan kehilangan kesuksesan material yang pernah ia gapai. Akibatnya ia akan di tikam oleh berbagai asumsi dan tekanan jiwa.ia mengalami penderitaan yang membuatnya kehilangan keseimbangan jiwa. Contoh:seseorang yang selalu beruntung dan selalu mendapatkan harta yang banyak.tetapi,walau demikian ia selalu gundah dan tidak mendapatkan ketenangan. Ia kehilangan nikmat kesuksesan materi karena kehidupan pribadi dan keluarganya terguncang

KEENAM:
model manusia yang mengerti keinginan, mengerti cara menggapai keinginan, percaya bahwa telah memberikan berbagai kekuatan dan potensi kepadanya, mendengarkan berbagai pendapat orang lain kemudian menimbangnya untuk mendapatkan yang terbaik, dan tidak gentar menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Setelah mengarahkan segala kemampuan dan usaha, yang mengarahkan segalanya (tawakkal) kepada allah ia berhasil menggapai kesuksesan demi kesuksesan obsesinya tidak hanya berhenti pada batas tertentu dengan menggunakan kekuatan mental, berbagai potensi fisik serta otak, dan umur adalah sarana yang membuat manusia dapat melakukan berbagai keajaiban yang terpentingnya adalah memulai langkah dan selalu bersikap tawakkal kepada tuhan universal bagi yang meyakininya.